Langsung ke konten utama

when i rummaged for a certification

Review The Brilliant Fifties: International trade as a cause of underdevelopment (Cossimo Perotta)

Bab 3 - Perdagangan internasional adalah penyebab underdevelopment

Perdagangan internasional menurut Hirschmann merupakan strategi untuk kekuasaan, yang bertujuan memaksakan kepentingan suatu bangsa pada orang lain. Dominasi, ketidakseimbangan, ketergantungan, bahkan eksploitasi. Perdagangan bebas demi keuntungan dapat membahayakan pembangunan negara yang lebih lemah, biasanya negara berkembang atau negara miskin. Akibatnya, kesenjangan semakin besar. 

Dan negara-negara yang terbelakang perekonomian disebabkan bukan karena masih berada di tahap pra industri, tetapi karena mereka dirugikan (secara permanen) oleh hubungan perdagangan yang kurang sehat yang disebutkan Hirschman tadi. Karena apa? Sistem perdagangannya tidak bisa dipukul rata, hanya bisa dilakukan antarnegara yang perkembangannya sama. Kalau dipukul rata, negara miskin dirugikan. 

Hukum biaya komparatif hanya berlaku ketika negara-negara perdagangan memiliki tingkat perkembangan yang sama. Hukum Ricardian bekerja dengan merugikan negara-negara miskin. Contoh kerugian negara miskin diantaranya adalah ketika perekonomian sedang baik, maka upah bisa dimaksimalkan. Tapi ketika perekonomian lagi buruk, negara maju mampu mempertahankan karena serikat pekerja akan mempertahankan haknya, tapi di negara miskin, serikat pekerja justru tidak terlalu kuat dan mereka gak bisa apa-apa. Akhirnya mereka ikut-ikut aja, menciptakan lingkaran setan yang menghasilkan eksploitasi.

Contoh lain, negara maju menghasilkan barang manufaktur yang bernilai tinggi, dan makin memproduksi ini makin menguntungkan. Negara miskin biasanya memproduksi bahan mentah yang tidak ada nilai tambah, jatuhnya bisa ke eksploitasi, dan makin banyak barangnya ya jatuhnya harganya makin murah. Hal ini disebabkan negara miskin masih menggunakan teknologi level rendah. Sehingga bukan jenis barang yang mempengaruhi keuntungan yang diperoleh, tapi teknologi yang digunakan. 

Akibatnya sebagai upaya meningkatkan produktivitas dari dalam negeri, muncul kebijakan substitusi impor namun kebijakan ini tidak dapat berjalan tanpa adanya kebijakan substitusi ekspor sebab mengganti barang impor dengan buatan dalam negeri memerlukan sistem keuangan, infrastruktur, dan sumberdaya manusia yang berkualitas yang belum dimiliki oleh negara miskin. Pada akhirnya, negara terbelakang terbebani dengan ekspor barang baku dan impor teknologi produksi yang menyebabkan keuangannya semakin memburuk. Produksi negara maju akan lebih terfokus pada memenuhi keinginan pasar yang harganya bisa melonjak naik, misal tas bermerek. Sedangkan produksi negara miskin lebih terfokus pada kebutuhan dasar terlebih dahulu yang terpenuhi. Sehingga yang diproduksi hanyalah barang mentah yang harganya relatif stagnan dan sulit untuk dihasilkan nilai tambah, atau muncul demand yang mengendalikan pasar. 

Sebagai contoh Inggris, tidak dapat bersaing dengan Cina dan India dalam perdagangan internasional berdasarkan biaya produksi, karena pekerja Asia berada dalam kondisi yang menyedihkan dan memiliki upah yang sangat rendah. Inggris, sebaliknya, yang memiliki upah tertinggi di dunia, dapat bersaing berdasarkan kualitas tinggi produknya, yang berasal dari upah tinggi. 

Oleh karena itu, ketika suatu negara terpaksa mengekspor bahan mentahnya sendiri untuk ditukar dengan barang-barang manufaktur, lebih baik bagi negara itu untuk berhenti berdagang di luar negeri dan mencoba dan mengembangkan manufaktur dalam negeri. Misalnya, dengan menggunakan teknologi padat karya, mungkin mereka akan berkembang, perlahan tapi pasti lebih cepat. 

Pada tahun 1950-an, pakar ekonomi Arthur W.Lewis mengembangkan model ekonomi ganda dalam rangka menunjukkan cara bagi negara-negara miskin untuk melakukan industrialisasi. Model ini secara sederhana mengarahkan bahwa perekonomian di negara miskin harus dikendalikan oleh dua sektor utama yaitu sektor industri yang berusaha meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan sumber daya yang ada dari kegiatan ekspor(kapitalis) dan sektor subsisten yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dasar masyarakatnya (non-kapitalis). Model ini memiliki kelemahan yaitu ketergantungannya pada pasokan tenaga kerja. Menurut model ini selama pasokan tenaga kerja tidak terbatas maka upah akan tetap minimum sehingga pengembangan modal akan maksimal. Selain itu model ini kurang menjelaskan apakah

produktivitas dapat ditingkatkan melalui konsumsi domestik atau bergantung pada ekspor ke luar. 

Banyak negara miskin yang berupaya melakukan industrialisasi dengan model ini dengan hasil yang kurang memuaskan. Negara-negara miskin melakukan produksi skala besar dengan keuntungan yang kecil. Hal ini disebabkan oleh kebijakan negara barat yang mendukung produksi primer di dunia yang ketiga. Di negara-negara berkembang yang dipenuhi dengan surplus dan tenaga kerja yang tidak terlalu mempunyai keahlian, adanya perkembangan teknologi justru menguntungkan para importir dari negara barat, dalam bentuk harga yang lebih rendah, sedangkan negara berkembang hanya mendapat inflasi dari hasil ekspornya. 

Hal ini dijelaskan dalam buku Lechange Inegal karya Emmanuel yang menyebutkan bahwa: “Jika ada peningkatan produktivitas di sektor ekspor negara miskin, dan upahnya dibayarkan pada tingkat yang sangat rendah 'untuk beberapa alasan independen', keuntungan surplus akan didapat oleh negara lain, dan pada akhirnya negara-negara miskin tidak akan bisa menjadi sosok ‘Entrepreneur’ karena persaingan menyamakan keuntungan secara internasional. Kemudian keuntungan jatuh ke konsumen negara-negara barat, yang mengimpor barang-barang itu dengan harga lebih rendah.” 

Pada akhirnya, ada benarnya perkataan “yang miskin akan terus miskin, yang kaya akan terus kaya” oleh Gunnar Myrdal. Negara miskin perlu dapat “bantuan”. Kalau dibiarkan aja, negara miskin upahnya gak akan naik karena kenaikan upah sulit sebelum hilangnya surplus tenaga kerja, sementara biasanya negara miskin menang di banyak jumlah tenaga kerja. Solusinya, negara-negara berkembang harus diizinkan untuk mengadopsi pembatasan impor, perlindungan industri yang baru lahir, dukungan untuk ekspor mereka, dan kebijakan substitusi impor karena banyak industri bayi dicekik oleh sempitnya pasar domestik. Ini mencakup faktor-faktor sosial, 'non-ekonomi', yang memberikan 'kualitas' untuk pembangunan. Faktor non-ekonomi sama pentingnya dengan faktor ekonomi untuk efisiensi investasi. 

Para penulis tahun 1950-an membuktikan bahwa perdagangan berdasarkan spesialisasi tidak mengarah pada ekuilibrium dan difusi pembangunan. Sebaliknya, hal itu mengarah pada polarisasi, ketergantungan, dan kesenjangan yang semakin lebar antara negara maju dan negara miskin. Kemudian mereka memohon untuk industrialisasi negara-negara terbelakang. 

Pada akhir 1970-an, perkembangan ekonomi mulai menurun yang kemudian berdampak pada doktrin akan perdagangan bebas mulai bangkit kembali. Dengan berdasarkan pada hukum keunggulan komparatif dan ide-ide yang terhubung tentang persaingan yang sehat, ekuilibrium dan harmoni. Negara-negara miskin dituduh sebagai penyebab kemiskinan mereka sendiri, karena tidak cukup berkomitmen pada kebijakan perdagangan bebas. Salah jika dikatakan negara-negara miskin dituduh sebagai penyebab satu-satunya kemiskinan mereka sendiri. Ada penyebab struktural.

Pada periode yang sama muncul yang disebut Macan Asia mulai menerapkan model Lewis dengan mantap. Pada tahun 1980-an itu diterapkan dalam skala besar di Cina. Hari ini kita dapat mengatakan bahwa setidaknya Cina, India, Brasil, sebagian Meksiko dan Afrika Selatan, menerapkannya. Namun perkembangan negara-negara berkembang tidak hanya disebabkan oleh penerapan model Lewis. Selain surplus tenaga kerja, negara-negara ini memiliki pasar domestik yang besar yang dapat menyerap sebagian dari produk baru, pertama-tama sarana dari produksi. Selain itu model Lewis hanya berlaku untuk waktu yang singkat. Faktanya, India dan China telah mempromosikan produksi teknologi tinggi, penelitian, pendidikan tinggi dan spesialisasi, dan infrastruktur besar. Di Cina upah sudah tumbuh, meskipun cadangan tenaga kerja yang tidak terbatas masih ada di pedesaan. 

Ketika industrialisasi akhirnya dimulai di negara-negara berkembang, pada 1980-an, ini terutama disebabkan oleh investasi barat, bukan karena pembentukan modal domestik. Selain eksploitasi sumber daya alam secara tradisional, ibu kota barat sekarang diarahkan untuk memproduksi barang-barang industri di beberapa negara, terutama untuk ekspor. Di saat yang bersamaan, pergeseran modal besar-besaran mulai mengubah secara radikal pembagian kerja internasional. Manufaktur Barat pindah ke luar negeri dan produksi internal barat diarahkan terutama untuk barang-barang berteknologi tinggi atau budaya, dan layanan khusus. Perubahan-perubahan ini tampaknya menegaskan kecenderungan untuk difusi, pada pemerataan pengembalian faktor-faktor produktif, pada keseimbangan, dan pada keuntungan bagi semua. 

Namun, dalam dua puluh tahun terakhir, arus modal menjadi tidak terkendali. Di daerah-daerah maju, sekarang mereka membongkar manufaktur, meningkatkan pengangguran, dan memperburuk upah dan kondisi kerja. Semua ini tidak dapat diturunkan dari kecenderungan normal untuk melawan penurunan laba melalui difusi. Ini lebih berasal dari saturasi. Yang terakhir ini memiliki dua penyebab utama. Pertama, ekonomi yang matang, setelah negara kesejahteraan, tidak bisa lagi memperluas konsumsi tradisional mereka. Kedua, peningkatan besar dalam produktivitas karena teknologi baru membuat pekerjaan tradisional semakin berlebihan. Jadi, terlepas dari kecenderungan difusi dan pemerataan pengembalian faktor-faktor produktif, globalisasi mendorong ekonomi dunia semakin jauh dari keseimbangan, keuntungan timbal balik, dan keselarasan kepentingan. 

Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan semakin dalamnya krisis ekonomi, konsep tahun lima puluhan muncul kembali yaitu kritik terhadap perdagangan bebas sebagai kebijakan pembangunan. Dualisme, proses kumulatif, konflik kepentingan dalam perdagangan, kesenjangan yang melebar, ketergantungan ekonomi, polarisasi-difusi, dll – di satu sisi masih memiliki makna, di sisi lain mereka perlu dibentuk kembali agar untuk menjelaskan situasi baru.

Ekonomi dunia saat ini tidak lagi ganda; itu setidaknya tiga kali lipat: ekonomi matang, negara berkembang, dan negara miskin. Di masing-masing kelompok ini dinamika ekonomi mengikuti alasan yang berbeda. Selain proses difusi, tidak ada lagi satu proses polarisasi yang sederhana, melainkan beberapa kecenderungan yang bertolak belakang. 

Saat ini ada jenis ketergantungan baru, atau saling ketergantungan, selain yang tradisional. Misalnya, negara-negara barat sekarang bersaing dengan negara-negara berkembang dalam mengeksploitasi sumber daya alam di daerah miskin. Tetapi pada saat yang sama mereka dipaksa oleh negara-negara berkembang untuk mengubah sektor-sektor dasar produksi mereka terlalu cepat, sebelum sektor-sektor produksi baru dapat berkembang secara memadai. Terms of trade tidak akan lagi didasarkan pada peningkatan produktivitas, dalam arti produksi keuntungan yang lebih tinggi. Produksi keuntungan yang semakin tinggi dapat menyebabkan ekonomi menjadi lebih lemah daripada lebih kuat.

Ditulis untuk mata kuliah PL3222 Perencanaan Pedesaan oleh:

  • Muhammad Farhan Abdul Aziz (15419009) 
  • Zahra Annisa Fitri (15419031) 
  • Yacinta Mutiara Herdyani Santosa (15419035) 
  • Tina Stephanie (15419063) 
  • Muhammad Khidhir Daffa Zulfar (15419071) 
  • Rahma Callista Aryana (15419087) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[INFO] Baca Detective Conan Online Berbahasa Indonesia di mana ya?

Holaa~ Miichan balik lagi~ Kali ini, Miichan mau kasih info tentang dimana kita bisa baca komik Detective Conan Indonesia online. Mungkin sudah banyak yang tahu dan ini udah umum banget. Tapi nggak ada salahnya Miichan post. Berikut adalah 3 situs yang Miichan rekomendasikan. Pertama, di  mangacanblog.com . Di sini bukan cuma Detective Conan. Masih banyak lagi manga yang ada di sini yang dapat kita baca online. Ini adalah situs manga online yang pertama kali Miichan tahu dan pertama kali Miichan buka. Ke dua , di  komikid.com . Di sini juga cuma bukan Detective Conan, tetapi bercampur dengan yang lain. Di ke dua situs ini cukup lengkap dan chapter nya selalu diperbarui jika sudah terbit ^^ Bagi penggemar manga  yang tidak hanya suka sama Conan, mungkin lebih cocok sama dua situs di atas karena bercampur dengan manga  yang lain, juga chapter nya selalu diperbarui. Tapi bagi yang suka manga Detective Conan saja seperti Miichan, Miichan lebih suka ke  conanianscanlation.blogspot.

All About SHINICHI KUDO - Tokoh-Tokoh di Detective Conan

Ohayou   minna!!   Ketemu lagi dengan Miichan :3 Akhir-akhir ini Miichan semangat ngeblog  niih, hehe.. Di post " Belajar Bahasa Jepang bersama Miyoko ", Miichan kan pernah nyantumin bahwa Miichan suka Detective Conan, hehe.. Nah, Miichan berniat mau bikin post  demi post  tentang DC dengan lengkap :D Tokorode , di post  ini Miichan mau bahas tentang SHINICHI KUDO . ~ SHINICHI KUDO Nama Jepang : 工藤 新一  Kudō Shin'ichi Nama Inggris : Jimmy Kudo Umur : 16 - 17 tahun Tinggi / Berat : 174 cm / Tidak diketahui Tanggal lahir : 4 Mei Orangtua : Kudo Yusaku & Kudo Yukiko Profesi : Siswa SMU Teitan // Detektif Muncul pertama kali di file  1 dan episode 1 Menjadi keyhole  volume 1 dan 62 Shinichi adalah tokoh protagonis utama di Detective Conan tetapi dalam wujud Conan (meski sekali-kali muncul sebagai wujud asli). Shinichi adalah anak kelas 2 SMU Teitan. Ia terkenal karena sering membantu kepolisian Tokyo. Ia lahir dari pasangan Yusaku Kudo, seorang penulis

RSP - Sakura ~Anata ni Deaete Yokatta~ (Lirik + Terjemahan)

SAKURA ~ANATA NI DEAETE YOKATTA~ Sakura ~Syukurlah Aku Bertemu Denganmu~