- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Moshimoshi mina-san! Yaap, akhir-akhir ini banyak beredar berita tentang kasus kejahatan terhadap anak-anak di bawah umur. Miris sekali ya? Padahal anak-anak seharusnya dilindungi, bukannya dianiaya.
Jepang adalah negara dengan angka kelahiran yang sangat minim. Karena itulah mereka memiliki cara khusus untuk melindungi anak-anak yang kelak akan menjadi generasi penerus baru di Jepang. Apa, sih, cara masyarakat Jepang melindungi anak-anak?
1. Anak di bawah usia 9 tahun dilarang ditinggal sendirian di rumah. Jika ada seorang anak kecil yang ditinggal sendirian, orang tua anak tersebut berkemungkinan untuk berurusan dengan polisi. Hal ini berkaitan dengan keamanan sang anak saat di rumah. Apabila ke dua orangtuanya bekerja sehingga tidak dapat menemani anaknya di rumah, biasanya sang anak dititipkan ke penitipan anak terdekat.
2. Setiap anak SD menggunakan tas yang ditempelkan stiker bergambar anak kecil dan orang dewasa. Stiker ini memiliki arti bahwa anak ini masih membutuhkan pertolongan orang lain. Sehingga setiap orang yang melihat anak ini sendirian, baik di jalan, di taman, atau di manapun, wajib menolong anak ini.
3. Saat berangkat dan pulang sekolah, anak-anak pergi dalam satu kelompok yang dipimpin oleh seorang hancho. Hancho biasanya anak senior yang duduk di kelas 6 SD ataupun 3 SMP yang memimpin kelompok untuk berangkat dan pulang sekolah bersama. Kelompok ini dibentuk dari anak-anak yang daerah rumahnya berdekatan, sehingga mereka dapat menjaga satu sama lain di jalan. Jika ada perbedaan jadwal dalam kelompok, misalnya klub sekolah ataupun les, maka salah satu dari orang tua di kelompok itu wajib menjemput ke sekolah demi keamanan sang anak. Meskipun begitu, terkadang ada pula orang tua yang tidak dapat menjemput dikarenakan pekerjaan atau ada urusan. Maka yang lain akan mengantarkan sampai ke rumah yang bersangkutan. Pihak sekolah sama sekali tidak mengizinkan orang lain menjemput tanpa tanda khusus yang meyakinkan sekolah bahwa yang bersangkutan berhak menjemput.
4. Semua tas anak dilengkapi dengan emergency alarm atau alarm tanda bahaya. Anak-anak juga diberikan simulasi penggunaan alarm tersebut. Misalnya saat diperlakukan tidak baik / disakiti oleh orang tak dikenal atau saat ketakutan melihat anjing liar, maka mereka harus membunyikan alarm. Orang yang mendengar bunyi alarm juga diwajibkan untuk menolong anak tersebut.
5. Pemerintah Jepang juga meminta kesediaan dari beberapa rumah, toko, tempat praktik dokter, dan lain-lain sebagai tempat meminta tolong jika ada sesuatu yang mengancam keselamatan sang anak. Rumah atau toko yang bersedia menolong biasanya akan diberi stiker bergambar sama dengan stiker yang menempel di tas anak (lihat nomor 2), yaitu gambar anak yang sedang dibantu orang dewasa. Dari pihak sekolah pun juga memberi tahu pada anak tentang tempat-tempat mana saja yang siap menolong mereka jika mereka dalam bahaya, sehingga mereka mengerti ke mana mereka akan meminta pertolongan.
6. Setiap awal tahun ajaran ketika berganti wali kelas, maka wali kelas akan mendatangi rumah siswanya satu persatu secara bergantian. Hal ini bertujuan agar orang tua dan wali kelas saling mengenal dan dapat berkomunikasi secara langsung.
7. Layanan komunikasi juga mendukung terjaganya keselamatan anak. Sistem telepon paket keluarga seperti wajib untuk dimiliki orang tua. Dalam paket ini, anak diberi handphone yang harus selalu mereka bawa ke mana pun mereka pergi. Handphone ini juga dilengkapi dengan alarm tanda bahaya seperti yang menempel di tas sekolah mereka. Handphone ini hanya bisa digunakan untuk menelpon dan menerima telpon dari orang tuanya. Bahkan jika ini mati atau tidak aktif, maka pihak operator akan memberi informasi tentang hal itu. Mungkin tujuannya agar orang tua dapat mengecek keberadaan sang anak. Handphone khusus anak ini bebas pulsa dan gratis selamanya, hanya perlu membeli pertama kali dengan harga yang relatif sangat murah.
Bukan ingin membandingkan, tapi hanya sebagai renungan saja.
Bagaimana pun juga, anak-anak adalah generasi penerus sehingga perlu dilindungi dengan baik. Meskipun berbeda budaya, semoga masyarakat bisa saling bekerja sama untuk melindungi anak-anak, ya! ^^
Harap tinggalkan jejak kalian, terima kasih sudah membaca! Datang lagi ya :D
Source : here
Jepang adalah negara dengan angka kelahiran yang sangat minim. Karena itulah mereka memiliki cara khusus untuk melindungi anak-anak yang kelak akan menjadi generasi penerus baru di Jepang. Apa, sih, cara masyarakat Jepang melindungi anak-anak?
1. Anak di bawah usia 9 tahun dilarang ditinggal sendirian di rumah. Jika ada seorang anak kecil yang ditinggal sendirian, orang tua anak tersebut berkemungkinan untuk berurusan dengan polisi. Hal ini berkaitan dengan keamanan sang anak saat di rumah. Apabila ke dua orangtuanya bekerja sehingga tidak dapat menemani anaknya di rumah, biasanya sang anak dititipkan ke penitipan anak terdekat.
2. Setiap anak SD menggunakan tas yang ditempelkan stiker bergambar anak kecil dan orang dewasa. Stiker ini memiliki arti bahwa anak ini masih membutuhkan pertolongan orang lain. Sehingga setiap orang yang melihat anak ini sendirian, baik di jalan, di taman, atau di manapun, wajib menolong anak ini.
3. Saat berangkat dan pulang sekolah, anak-anak pergi dalam satu kelompok yang dipimpin oleh seorang hancho. Hancho biasanya anak senior yang duduk di kelas 6 SD ataupun 3 SMP yang memimpin kelompok untuk berangkat dan pulang sekolah bersama. Kelompok ini dibentuk dari anak-anak yang daerah rumahnya berdekatan, sehingga mereka dapat menjaga satu sama lain di jalan. Jika ada perbedaan jadwal dalam kelompok, misalnya klub sekolah ataupun les, maka salah satu dari orang tua di kelompok itu wajib menjemput ke sekolah demi keamanan sang anak. Meskipun begitu, terkadang ada pula orang tua yang tidak dapat menjemput dikarenakan pekerjaan atau ada urusan. Maka yang lain akan mengantarkan sampai ke rumah yang bersangkutan. Pihak sekolah sama sekali tidak mengizinkan orang lain menjemput tanpa tanda khusus yang meyakinkan sekolah bahwa yang bersangkutan berhak menjemput.
4. Semua tas anak dilengkapi dengan emergency alarm atau alarm tanda bahaya. Anak-anak juga diberikan simulasi penggunaan alarm tersebut. Misalnya saat diperlakukan tidak baik / disakiti oleh orang tak dikenal atau saat ketakutan melihat anjing liar, maka mereka harus membunyikan alarm. Orang yang mendengar bunyi alarm juga diwajibkan untuk menolong anak tersebut.
5. Pemerintah Jepang juga meminta kesediaan dari beberapa rumah, toko, tempat praktik dokter, dan lain-lain sebagai tempat meminta tolong jika ada sesuatu yang mengancam keselamatan sang anak. Rumah atau toko yang bersedia menolong biasanya akan diberi stiker bergambar sama dengan stiker yang menempel di tas anak (lihat nomor 2), yaitu gambar anak yang sedang dibantu orang dewasa. Dari pihak sekolah pun juga memberi tahu pada anak tentang tempat-tempat mana saja yang siap menolong mereka jika mereka dalam bahaya, sehingga mereka mengerti ke mana mereka akan meminta pertolongan.
6. Setiap awal tahun ajaran ketika berganti wali kelas, maka wali kelas akan mendatangi rumah siswanya satu persatu secara bergantian. Hal ini bertujuan agar orang tua dan wali kelas saling mengenal dan dapat berkomunikasi secara langsung.
7. Layanan komunikasi juga mendukung terjaganya keselamatan anak. Sistem telepon paket keluarga seperti wajib untuk dimiliki orang tua. Dalam paket ini, anak diberi handphone yang harus selalu mereka bawa ke mana pun mereka pergi. Handphone ini juga dilengkapi dengan alarm tanda bahaya seperti yang menempel di tas sekolah mereka. Handphone ini hanya bisa digunakan untuk menelpon dan menerima telpon dari orang tuanya. Bahkan jika ini mati atau tidak aktif, maka pihak operator akan memberi informasi tentang hal itu. Mungkin tujuannya agar orang tua dapat mengecek keberadaan sang anak. Handphone khusus anak ini bebas pulsa dan gratis selamanya, hanya perlu membeli pertama kali dengan harga yang relatif sangat murah.
Bukan ingin membandingkan, tapi hanya sebagai renungan saja.
Bagaimana pun juga, anak-anak adalah generasi penerus sehingga perlu dilindungi dengan baik. Meskipun berbeda budaya, semoga masyarakat bisa saling bekerja sama untuk melindungi anak-anak, ya! ^^
Harap tinggalkan jejak kalian, terima kasih sudah membaca! Datang lagi ya :D
Source : here
Wow, hebaaat!!
BalasHapusNamanya 'kan juga Jepang :D Semoga Indonesia bisa mengikuti ya ^^
Hapusyup! se7 bangeet!
HapusSemoga sistemnya bisa diterapkan di Indonesia.
BalasHapusAamiin. Untuk itu, mari kita mulai dari diri sendiri. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya ^^
Hapus